Magis Formasi 4-4-2
- bouzanzi
- Mar 10, 2016
- 2 min read

Fenomena Leicester City memberikan dunia sepakbola sebuah pertanyaan menarik: apakah formasi 4-4-2 mengalami kebangkitan?
Era 1980-an hingga 1990-an formasi 4-4-2 sangat populer khususnya di tanah Britania. Hegemoni ini berakhir ketika di medio awal milenium kedua, 4-2-3-1 menjelma sebagai primadona baru pelatih-pelatih klub Eropa.
Formasi ini sebenarnya telah ditemukan jauh sebelum itu. Juan Manuel Lillo --gurunya Pep Guardiola-- adalah orang yang kali pertama memperkenalkan formasi ini. Saat itu ia tengah melatih tim Segunda Division Spanyol Leonesa di musim 1991-1992.
Kesuksesan 4-2-3-1 ala Lillo terbukti ketika membawa Salamanca promosi ke Divisi Utama Liga Spanyol. Dengan cepat, kepopuleran 4-2-3-1 merambah seluruh klub di Spanyol. Hingga akhirnya, sampai saat ini, formasi 4-2-3-1 digunakan oleh banyak klub di Eropa.
Banyak yang memprediksi bahwa formasi ini masih akan bertahan lama. Namun, kisah sukses Leicester City dengan 4-4-2 mereka setidaknya memberikan sebuah antiitesis baru bagi kemapanan pakem 4-2-3-1.
Di atas lapangan, 4-4-2 ala Ranieri memang tidak semurni 4-4-2 yang sudah akrab dikenal di Inggris. Sebabnya, Ranieri tidak menggunakan dua winger khas 4-4-2. Riyad Mahrez dan Marc Albrighton yang berperan di sisi lapangan bukan tipe pemain yang senang adu sprint untuk menciptakan crossing ke kotak penalti.
Meski begitu tetap bisa dibilang Ranieri kembali membawa ruh 4-4-2 ke Liga Primer Inggris. Terbukti memang tidak hanya Leicester City yang menggunakan formasi ini di Liga Inggris. Setidaknya Manchester City, Watford, dan Liverpool pernah setidaknya sekali-dua kali menggunakannya di musim ini.
Tidak hanya di Inggris, AC Milan, Juventus, Villareal, dan Atletico Madrid juga tengah doyan memakai pakem lawas ini. Milan yang memulai musim dengan 4-3-3 beralih ke 4-4-2 sejak awal tahun. Kini, penampilan mereka jauh lebih stabil ketimbang sebelumnya. Juventus pun kadang di musim ini suka memasang dua striker di depan. Entah itu dalam bentuk 4-4-2 khas Inggris ataupun 4-4-2 diamond bentukan Ancelotti.
Villareal dan Atletico Madrid adalah dua klub di Spanyol yang mematok dua striker di depan dalam formasi 4-4-2. Roberto Soldado dan Leo Baptistao menjadi duet di Villareal. Atletico Madrid bahkan sudah memulainya sejak musim lalu. Saat itu, Antoine Griezmann dikelincipercobakan menjadi striker dalam formasi 4-4-2. Kedua tim ini, bisa dibilang, tengah menikmati ramuan sukses 4-4-2 mereka di musim ini.
Beberapa contoh di atas setidaknya bisa mengilhami beberapa klub di Eropa lainnya. Yang perlu diingat, sepakbola tak ubahnya seperti fashion yang terus berkembang. Adakalanya suatu tren tertentu yang ngehits di masa lalu akan kembali hadir di masa mendatang. Begitupun dalam hal formasi sepakbola. Saat ini 4-2-3-1 tengah menikmati masa jayanya. Tapi, bukan tidak mungkin 4-4-2 yang dahulu pernah populer akan kembali menjadi pujaan klub-klub di Eropa bahkan duinia.
Well, kita nantikan saja.
Comments