top of page
  • Facebook Social Icon
  • Twitter Social Icon

Cinta dan Depresi: Bagaimana Depresi Bisa Menanamkan Ketegangan dalam Sebuah Hubungan

  • bouzanzi
  • Feb 3, 2017
  • 2 min read


Depresi — Hal ini sudah menjadi bagian dari wabah di Amerika Serikat dewasa ini. (Saking parahnya) ini seperti melemparkan sebotol Prozac (obat depresi) ke tengah-tengah kerumunan tanpa mengenai seseorang yang menderita karena, atau mengalami depresi.


Kita mungkin menghabiskan banyak waktu memikirkan tentang apa (efek) depresi yang dapat terjadi kepada kita, atau kepada orang-orang di sekitar kita. Akan tetapi, pernahkah kita memikirkan apa dampak dari depresi terhadap sebuah hubungan? Sebenarnya, dampaknya bisa sangat merugikan, dan dapat menjadi faktor terbesar di dalam keretakan sebuah hubungan.


Perpecahan


Ketika dalam sebuah hubungan, salahsatu diantaranya mengalami depresi, maka ia mulai membuat perpecahan-perpecahan. Orang yang depresi itu tidak lagi mau melakukan banyak hal bersama pasangan untuk bersenang-senang, berhibur-hiburan, atau bahkan melakukan keseharian dalam rumahtangga. Seorang depresan tidak hanya ingin menarik dirinya, tetapi juga bisa mulai merasakan kebencian terhadap orang-orang yang ingin membuat mereka kembali seperti sediakala.


(Bagaimanapun juga) pasangan yang tidak depresi itu ingin melanjutkan hidupnya. Tak peduli bagaimana (kerasnya) ia mencoba untuk mengerti, dia ingin keluar; ingin bersenang-senang; ingin segala apa yang menjadi tanggungjawabanya terselesaikan. Lama kelamaan, pasangan ini mulai melakukan segala sesuatunya masing-masing (terpisah). Sampai pada berbicara dan berhubungan satu dengan yang lainnya menjadi sulit, dan intensitasnya mulai berkurang. Dan bila terjadi kesenjangan komunikasi, apapun bisa hancur karenanya.


Seks


Penurunan libido adalah gejala depresi utama bagi kebanyakan orang. Hilangnya keintiman ini tidak hanya dapat meninggalkan perasaan terbuang dan tidak dicintai bagi pasangan yang tidak mengalami depresi, lebih jauh dari itu, bisa mengikis pondasi sebuah hubungan.


Pentingnya keintiman dalam sebuah hubungan tidak boleh dianggap remeh. Menunjukkan rasa kasih sayang — mencium, memeluk, menyentuh, dan berhubungan badan — membuat dan menjaga pasangan tetap dekat. Ketika itu mulai tidak menentu (fluktuatif), bisa memperburuk masalah lainnya.


Kehilangan


Seorang non-depresan dapat mulai merasa seolah-olah dia diabaikan. Dia sedikit berbicara, berinteraksi, melakukan sesuatu, dan ini nyaris lebih baik menjadi sendirian. Orang non-depresan mulai merasakan 'kehilangan' pasangannya yang depresi itu. Sebanyak seperti dia mengalami kesedihan ketika pasangannya meninggal.


Seorang non-depresan dapat menderita lewat cara penyangkalan, berusaha menjaga penampilan untuk orang lain agar menunjukkan tidak ada yang salah (dengan dirinya). Berusaha untuk membuat pasangannya yang depresi agar 'sadar'. Dia kemudian beralih kepada kemarahan, dan selama keadaan ini akan ada banyak curam kebencian dan dendam satu sama lain. Dia mungkin mencoba untuk memperbaiki hal-hal dengan janji-janji atau bermacam-macam tuntutan; mencoba mencari tahu dimana yang salah atau apa yang ia butuhkan untuk memperbaiki keadaan itu.


Akhirnya, singkatnya, seorang non-depresan bisa menjadi depresi juga — dalam arti lebih ke perasaan berkabung. Dia berduka atas hilangnya orang yang pernah ia cintai. Meskipun secara fisik belum ditinggalkan, pasangannya yang depresi itu telah meninggalkannya.


Note:


Comments


About Me.

Suka berpetualang, peminat filsafat, psikologi, dan segala hal yang bikin pusing kepala.

  • Black Facebook Icon
  • Black Instagram Icon
  • Black Twitter Icon
Never Miss a Post!

A Goal Without a Plan is Just a Wish

Milanisti Tulen, Traveler Blogger, Adventurous Sejati

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon

Kunjungi blog kompasianaku

bottom of page