top of page
  • Facebook Social Icon
  • Twitter Social Icon

Mabok Amal di Bulan Ramadan

  • bouzanzi
  • Jun 5, 2016
  • 2 min read

Sering kita dengar para ustad menjelaskan bahwa Ramadan adalah bulan pembinaan; boot camp bagi kaum muslimin. Selama satu bulan penuh kita digenjot agar siap menghadapi sebelas bulan ke depan.

Namun sayangnya, para ustad tersebut seringnya terlalu memukulrata setiap orang. Padahal tingkat kemampuan tiap orang itu berbeda-beda.

Muslim yang sebelumnya tak pernah puasa seumur hidupnya, dituntut puasa penuh. Mereka sudah ikut puasa, meski tidak full, saja sudah sebuah prestasi tersendiri.

Muslim yang tatacara solat saja belum mengerti, dituntut untuk hadir di tiap malam untuk tarawih. Harusnya target mereka ini minimal tahu dulu bagaimana caranya solat itu di bulan Ramadan.

Muslim yang baca Quran saja belum bisa, tak mungkin dituntut agar khatam Quran di bulan Ramadan. Di bulan inilah saatnya mereka belajar membaca Quran.

Pun berlaku bagi mereka yang hobi berbuat maksiat di bulan-bulan sebelumnya. Minimal mereka ini ngaku salah saja dulu di bulan Ramadan; bertobat kepada Tuhan. Urusan dosanya nanti diteruskan apa tidak itu nomor sekian.

Muslim yang masih suka mabok, targetnya minimal mengurangi kadar maboknya. Kalau di bulan lain tiap hari gawenya mabok, di bulan Ramadan setidaknya kurangi menjadi dua hari sekali atau seminggu sekali.

Muslim yang doyan korupsi, kurangilah sedikit demi sedikit kegiatan nyolongnya. Jika dulu makan proyek-proyek besar, minimal, ubah ke makan proyek-proyek kecil.

Muslim yang gemar zina, ubahlah kebiasaannya ke arah yang lebih rendah tingkat dosanya. Bisa dengan memuaskan diri lewat onani/masturbasi.

Inti Ramadan memang seperti itu. Ia adalah bulan perubahan perilaku bagi setiap muslim. Perubahan yang sifatnya berkelanjutan. Ramadan tahun ini latihannya begini, tahun depan latihannya begitu, dst.

Sehingga Ramadan bukanlah bulan kagetan. Disebut kagetan karena banyak sekali pahala yang ditawarkan, tetapi karena belum siap, akhirnya terlalu memaksakan diri. Setelah Ramadan, kembali loyo melaksanakan amalan-amalan.

Bukan pula bulan penebusan. Dalam arti, hanya fokus meminta ampunan dosa, dan setelah Ramadan berakhir, diteruskan lagi dosa-dosanya di bulan lain.

Ramadan juga bukan bulan ajimumpung. Mumpung Ramadan, berbuat baik kepada sesama. Setelahnya kembali berkelahi. Mumpung Ramadan, berdekat-dekatan dengan-Nya. Setelah Ramadan, kembali menjauh sejauh-jauhnya dari-Nya.

Sajian terakhir, mari pahami untaian hikmah dari Imam Ghozali:

"Laa khoiro fii khoirin laa yadum bal syarrun laa yadum khoirun min khoirin laa yadum"

Artinya, tidak ada kebaikannya, kebaikan yang tidak terus menerus. Bahkan keburukan yang tidak terus menerus, lebih baik dibandingkan kebaikan yang tidak terus menerus.


Comments


About Me.

Suka berpetualang, peminat filsafat, psikologi, dan segala hal yang bikin pusing kepala.

  • Black Facebook Icon
  • Black Instagram Icon
  • Black Twitter Icon
Never Miss a Post!

A Goal Without a Plan is Just a Wish

Milanisti Tulen, Traveler Blogger, Adventurous Sejati

  • Grey Facebook Icon
  • Grey Twitter Icon

Kunjungi blog kompasianaku

bottom of page