Takut? Siapa Takut!
- bouzanzi
- Jan 13, 2016
- 2 min read

Menurut Dr Paul Ekman ada enam emosi dasar manusia: happiness (kebahagiaan), sadness (kesedihan), anger (kemarahan), disgust (jijik), fear (ketakutan), dan surprise (terkejut). Meski belakangan sebagian pakar psikologi dan studi ekspresi wajah menggabungkan emosi fear dan surprise serta emosi anger dan disgust menjadi satu. Sehingga hanya ada empat emosi dasar yang idimiliki manusia.
Kali ini akan kita ulas sedikit mengenai emosi fear (rasa takut). Apa definisi dari emosi takut?
Secara bahasa kata fear diartikan sebagai 'an unpleasant emotion caused by the belief that someone or something is dangerous, likely to cause pain, or a threat'. Sebuah perasaan tidak menyenangkan yang disebabkan oleh keyakinan bahwa seseorang atau sesuatu itu berbahaya, biasanya (dalam hal) untuk menyebabkan kepedihan atau (menjadi) sebuah ancaman
James Patrick Chaplin memberikan definisi, rasa takut ialah sebuah reaksi emosional yang kuat serta melibatkan perasaan subjektif tentang rasa gelisah, ketidaksenangan, dan (memunculkan) keinginan untuk menjauhkan diri atau bersembunyi dari hal tersebut. Hampir sama dengan Chaplin, David Cohen dan Paul Ekman juga memberikan definisi yang tidak jauh berbeda. Hanya saja mereka lebih menekankan pada kata-kata "stimulus", "kesadaran individu", "bentuk rasa takut", serta "antisipasi".
Inti dari kesemuanya ialah rasa takut itu berupa reaksi emosi sadar individu yang distimulasi oleh seseorang atau sesuatu, terhadap suatu bahaya/ancaman baik fisik maupun psikologis yang bersifat nyata. Jadi rasa takut itu memang sangan manusiawi karena termasuk dalam emosi dasar yang dimiliki manusia.
Lalu, jika itu manusiawi, mengapa sebagian orang merasa takut – atau bahkan malu – memiliki rasa takut di dalam dirinya?
Sebenarnya, meski digolongkan ke dalam jenis emosi negatif, rasa takut memiliki peranan penting bagi manusia. Salahsatunya adalah meningkatkan kewaspadaan sehingga manusa dapat menghindari sebuah bahaya atau ancaman terhadap dirinya. Tanpanya, mustahil otak akan mengolah sejumlah informasi dan bertindak dengan segera terhadap bahaya yang akan datang.
Contoh sederhana dan sering kita jumpai adalah ketika seorang anak kecil bertemu dengan objek yang kita anggap membahayakan, misalnya ular. Si anak tidak akan kabur bila didekati ular tersebut. Bahkan mungkin dengan "berani" anak kecil itu memegangnya. Mengapa bisa demikian?
Dalam pikiran anak kecil, ular belum ditempatkan sebagai objek yang berbahaya. Baginya ular hanya seperti objek-objek lain yang belum dilihatnya; yang sangat menarik baginya. Atau bisa juga dipersepsikan seperti objek lain yang dikenalnya, yang kebetulan tidak pernah membahayakan dirinya.
Bandingkan dengan orang dewasa ketika bertemu dengan ular. Reaksi normal mereka tentu menghindari ular tersebut. Tak peduli apakah ia berbisa atau tidak. Karena mereka menganggap ular merupakan ancaman yang dapat membahayakan keselamatan mereka. Disinilah letak keberfungsian rasa takut itu.
Rasa takut yang dimiliki manusia membuatnya sadar akan bahaya yang mungkin terjadi pada dirinya. Bisa dibayangkan seberapa besar efek negatif yang ditimbulkan bila manusia tidak dianugerahi rasa takut. Bahkan jika dicermati, beberapa peradaban besar manusia diantaranya berangkat dari keberadaan emosi dasar ini.
Jadi seseorang tidaklah perlu merasa takut memiliki ketakutan-ketakutan tertentu terhadap seseorang/sesuatu dalam dirinya. Yang perlu dipahamai, jadikan rasa takut ini sebagai peringatan dini (early warning) sehingga dalam hidup ini kita menjadi individu-individu yang jauh lebih berani dari sebelumnya. Bukankah keberanian tidak akan muncul tanpa adanya rasa takut?
sumber referensi dan bacaan:
Ekma, Paul (2009). Membaca Emosi Orang. Jakarta: Diva Press
Latifa, Rena (2012). Psikologi Emosi. Jakarta: Dirjen Pendidikan Islam, Kementrian Agama RI Cambridge English Dictionary versi daring http://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/fear
Comments